Lidikkrimsusnews.com|PONTIANAK – Tindakan kekerasan terhadap jurnalis kembali menjadi sorotan publik. Dr. Herman Hofi Munawar, pengamat hukum dan kebijakan publik, menegaskan bahwa kekerasan terhadap jurnalis tidak hanya menyasar individu, melainkan juga merupakan bentuk ancaman serius terhadap seluruh profesi jurnalis dan pilar-pilar demokrasi.
“Kekerasan, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik seperti intimidasi atau pelecehan siber, bertujuan menakut-nakuti jurnalis agar tidak melaporkan kebenaran atau mengkritik kekuasaan,” ujarnya Dr. Herman Hofi Wartawan Senior. Rabu, 4/6/2025.
Menurut Dr. Herman, ancaman semacam ini berpotensi membungkam suara kebenaran. Ketika jurnalis merasa tidak aman, mereka akan cenderung menahan diri dalam menjalankan tugas investigatifnya. Akibatnya, informasi penting yang seharusnya diketahui publik bisa terhambat.
Ia menekankan bahwa kekerasan terhadap jurnalis sejatinya adalah upaya membatasi akses publik terhadap informasi. “Peran jurnalis sangat vital mereka mencari, mengolah, dan menyebarluaskan informasi. Ketika mereka dihalangi, maka masyarakat tidak mendapatkan gambaran utuh tentang suatu isu. Ini bisa berdampak buruk terhadap kualitas pengambilan keputusan oleh publik terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Dr. Herman menyatakan bahwa fenomena kekerasan terhadap jurnalis harus dilihat sebagai serangan terhadap hak publik untuk tahu dan terhadap fondasi demokrasi itu sendiri.
“Melindungi jurnalis berarti melindungi hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan menyuarakan pendapat. Sebaliknya, memusuhi jurnalis sama dengan memusuhi kepentingan publik,” tegasnya.
Ia pun menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memberikan perlindungan dan dukungan kepada para jurnalis yang bekerja di lapangan.
“Jurnalis adalah mata dan telinga masyarakat. Mereka berani masuk ke ‘sarang lebah’ demi mengungkap kebenaran yang seringkali tersembunyi oleh praktik korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, atau ketidakadilan sosial. Tanpa jurnalis yang aman dan berani, masyarakat akan kehilangan sumber informasi penting dalam menentukan masa depan mereka,” pungkasnya.
Sumber: Dr.Herman Hofi
(Red/Tim*)